Sri Mulyani Kecewa Pusat Logistik Cuma Setor ke Negara Rp15 M
Sri Mulyani Kecewa Pusat Logistik Cuma Setor ke Negara Rp15 M
April 12, 2017
Share

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku tak puas dengan sumbangan fiskal yang diberikan oleh Pusat Logistik Berikat (PLB) dalam kurun waktu setahun terakhir yang hanya mencapai Rp157,5 miliar dari total nilai inventarisasi produk di PLB yang mencapai Rp1,16 triliun.

"Angkanya masih sangat bayi. Menurut saya, masih perlu dikembangkan untuk menjadi angka yang besar. Nanti saya cek dari masing-masing perusahaan di PLB," ujar Sri Mulyani di kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (DJBC Kemenkeu), Jakarta, Rabu (14/2).

Berdasarkan data DJBC Kemenkeu, sumbangan fiskal dari PLB tersebut terbagi atas tiga jenis pengenaan pajak, yakni bea masuk mencapai Rp10,28 miliar, Pajak Penghasilan (PPh) impor sebesar Rp27,13 miliar, dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) senilai Rp120,09 miliar.

Adapun penerimaan negara dari sektor kelogistikan tersebut berasal dari aktivitas 34 PLB yang tersebar di 42 lokasi di seluruh Indonesia, khususnya bagian barat dan tengah.

Selain belum puas dengan suntikan dana yang berhasil didapat negara dari PLB, Sri Mulyani juga mengaku belum puas dengan PLB lantaran belum memberikan perubahan yang cukup signifikan bagi penurunan biaya logistik di Indonesia.

Kalah dari Malaysia

Dalam catatan DJBC Kemenkeu, sebanyak 26 persen dari total harga produk yang beredar di Indonesia dihabiskan untuk menutup biaya logistik. Hal ini meninggalkan catatan bahwa biaya logistik produk di Indonesia masih terlalu tinggi dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di kawasan Asia Tenggara (Asean).

"Sementara negara Asean hanya separuhnya, ada yang 15 persen, bahkan 13 persen sehingga mengurangi biaya logistik itu menjadi suatu keharusan," kata Sri Mulyani.

Sebagai pembanding, pemerintah mencatat bahwa biaya logistik di Thailand sebesar 15 persen. Sedangkan Vietnam dan Malaysia hanya sekitar 13 persen.

Adapun dengan kehadiran 34 PLB di 42 lokasi di Indonesia, sebanyak 20 supplier internasional, 34 perusahaan distribusi internasional, dan 97 perusahaan distribusi lokal telah bergabung dalam PLB. Sedangkan secara rata-rata lead time kelogistikan sebesar 1,8 hari dengan utilisasi PLB sebesar 42 persen.

Sementara 34 PLB di 42 lokasi, yakni satu di Lhokseumawe, satu di Tanjung Berakit, satu di Bangka, enam di Balikpapan, satu di Surabaya, satu di Denpasar, tiga di Merak, satu di Cilegon, dua di Marunda, satu di Halim, dua di Tangerang, tiga di Cakung, satu di Cilincing, satu di Karawang, satu di Purwakarta, satu di Subang, dua di Bandung, satu di Tanjung Priok, dua di Sunter, satu di Cibitung, dan satu di Cikarang.

Sedangkan secara sektoral industri yang memanfaatkan PLB, yakni industri otomotif, makanan dan minuman, industri, gas, bahan bakar minyak (BBM), tambang dan minyak, alat berat, industri kecil dan menengah (IKM), pertahanan, bahan kimia, komoditas, personal care, tekstil, dan aircraft MRO. (gen)

Sumber : cnnindonesia.com